Aku melihat siluet seorang pria
Berdiri tegak membelakangi cahaya
Seperti menanti orang terkasihnya
Siapakah gerangan?
Yang telah setia di peraduan?
Menanti sang merpati betina kembali
Dari negeri tempat ia mengabdi
17 Agustus 2014
Senin, 18 Agustus 2014
Kamu yang telah Pergi
Kamu yang telah pergi
Tinggalkan kenangan yang tersimpan dalam hati
Semua rasa tak bisa terlupa
Selalu teringat dalam sanubari
Sebagai penyejuk jiwa yang hampa
Tak peduli bahagia atau lara
Semua tersimpan rapi dalam memori
Terkuak rasa untuk memahami kembali
Apa yang telah kau beri
17 Agustus 2014
Tinggalkan kenangan yang tersimpan dalam hati
Semua rasa tak bisa terlupa
Selalu teringat dalam sanubari
Sebagai penyejuk jiwa yang hampa
Tak peduli bahagia atau lara
Semua tersimpan rapi dalam memori
Terkuak rasa untuk memahami kembali
Apa yang telah kau beri
17 Agustus 2014
Selasa, 20 Mei 2014
Bukan hanya Hitam dan Putih
Sebelum ada kamu,
yang aku tau hanya hitam dan putih
Kini, kau goreskan warna lain untukku
Beribu warna baru kau ciptakan dalam duniaku
Kau ajarkanku merangkai warna
Hingga tercipta warna-warna indah itu
Lalu, kau bisikkan sesuatu,
Itu pelangi, katamu
Sejak saat itu aku tau,
Engkaulah pelangiku
Yang ada setelah rinai hujan tiada
18 Mei 2014
yang aku tau hanya hitam dan putih
Kini, kau goreskan warna lain untukku
Beribu warna baru kau ciptakan dalam duniaku
Kau ajarkanku merangkai warna
Hingga tercipta warna-warna indah itu
Lalu, kau bisikkan sesuatu,
Itu pelangi, katamu
Sejak saat itu aku tau,
Engkaulah pelangiku
Yang ada setelah rinai hujan tiada
18 Mei 2014
Abu-abu
Goresan warna dalam hidupku,
hitam dan putih
Di antara haitam dan putih itu, ada kamu
Kamu yang selama ini ada dalam kalbuku
Kisah ini begitu syahdu
Mengalun indah bak sebuah syair
Dan di antara hitam dan putih pulalah,
Kita bertemu
Membaur menjadi abu-abu
Tidak hitam, juga tidak putih
Hanya ada satu, abu-abu
18 Mei 2014
hitam dan putih
Di antara haitam dan putih itu, ada kamu
Kamu yang selama ini ada dalam kalbuku
Kisah ini begitu syahdu
Mengalun indah bak sebuah syair
Dan di antara hitam dan putih pulalah,
Kita bertemu
Membaur menjadi abu-abu
Tidak hitam, juga tidak putih
Hanya ada satu, abu-abu
18 Mei 2014
Jumat, 09 Mei 2014
Tiba-tiba
Entah kenapa rasa ini tiba-tiba ada
Menggerogoti dinding hati
Mungkinkah ini pertanda,
Bahwa aku telah jatuh hati?
Semakin lama rasa ini semakin semakin tumbuh
Rasa untuk selalu melindungi, mengasihi
juga mencintai
Semoga benar adanya
Bahwa rasa ini memang benar ada
Untukmu, sahabat dekatku
9 Mei 2014
Menggerogoti dinding hati
Mungkinkah ini pertanda,
Bahwa aku telah jatuh hati?
Semakin lama rasa ini semakin semakin tumbuh
Rasa untuk selalu melindungi, mengasihi
juga mencintai
Semoga benar adanya
Bahwa rasa ini memang benar ada
Untukmu, sahabat dekatku
9 Mei 2014
Senin, 05 Mei 2014
Senyummu
Mungkin anganku terlalu tinggi untuk membayangkanmu
Kau bagaikan angin dalam hidupku
Ada, tapi tak dapat aku menggenggammu
Hadirmu membawa kesejukan
Membuat tandan ini dingin gemetar
Seperti gempa yang mengguncang hatiku
Saat mata kita bertemu
Kau tarik bibirmu ke kanan dan kiri
Hingga terbentuk senyum menawan
Sederhana kan?
Ya, sesederhana itulah kau mampu membuatku terpaku
Hanya diam, tapi kupu-kupu dalam perutku
bak mendapat banyak madu!
2013
Kau bagaikan angin dalam hidupku
Ada, tapi tak dapat aku menggenggammu
Hadirmu membawa kesejukan
Membuat tandan ini dingin gemetar
Seperti gempa yang mengguncang hatiku
Saat mata kita bertemu
Kau tarik bibirmu ke kanan dan kiri
Hingga terbentuk senyum menawan
Sederhana kan?
Ya, sesederhana itulah kau mampu membuatku terpaku
Hanya diam, tapi kupu-kupu dalam perutku
bak mendapat banyak madu!
2013
Kamis, 24 April 2014
Kamu
Aku lumpuh saat cinta di hadapku
Langkah ini seolah terhenti saat cinta berjalan mengikutiku
Bibir ini terasa sulit untuk sekedar menyingungkan segaris senyum ketika cinta menampakkan dirinya
Kaki ini terasa berat melangkah saat aku tau bahwa cinta itu kamu
Dan aku mati rasa ketika cinta datang menyapa...
Yogyakarta, 2014
Langkah ini seolah terhenti saat cinta berjalan mengikutiku
Bibir ini terasa sulit untuk sekedar menyingungkan segaris senyum ketika cinta menampakkan dirinya
Kaki ini terasa berat melangkah saat aku tau bahwa cinta itu kamu
Dan aku mati rasa ketika cinta datang menyapa...
Yogyakarta, 2014
Senin, 21 April 2014
Jangan Salahkan Kami!
Kau tau negeri kepulauan yang terbesar di dunia?
Negeri yang mahsyur permai dikata orang itu?
Ya. Itulah tanahku. Tanah kelahiranku
Indonesia
Biarpun banyak perpecahan dalam tubuhnya
Biarpun banyak problematika menerjang,
bak badai ganas di lautan luas
Biarpun tuan dan puan banyak merampas hak kami,
para kaum bawahan
Biarpun para pejabat berebut kekuasaan
dan menjerumuskan diri mereka dalam sebuah dunia kelam
bernama korupsi
Biarpun poros roda politik uang selalu berlangsung
Kami tetap disini, berdiri di tanah yang telah melahirkan kami,
para anak manusia yang punya nama
Bukan hanya sekumpulan tulang belulang tak bermakna
Kamilah para penerus bangsa
Yang punya semangat juang tinggi untuk mempersatukan Indonesia
Biarpun di luar sana banyak yang mencaci maki kami,
para kaula muda Indonesia
Tapi kami tetap teguh membangun bumi pertiwi
Engkaulah bumi pertiwiku, Indonesiaku
Yang kaya akan keindahan duniawi
Hey kalian para manusia di negeri sebrang
Jangan anggap kami lemah
Jangan pikir kami tak punya apa-apa
Kami ini bangsa yang besar!
Sumber daya kami takkan habis
Air bagaikan lautan yang tak pernah kering
Udara bagaikan hembusan angin yang selalu menyapa
Hutan bagaikan rimbunnya ribuan rumah di Jakarta
Tapi, bila kalian, para manusia di negeri sebrang
Melihat bumi ini porak poranda
Jangan salahkan kami!
Kami tak tau menau soal itu
Kami berbeda dengan para perampok negeri sendiri itu
Betapa kejamnya mereka, merampas apa yang kami punya!
Gugusan pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke
Mencerminkan satu persatuan
Gugusan awan di langit luas
Tercermin senyum untuk Indonesia mendatang
Kami, para generasi penerus bangsa
Akan berjuang dan bersatu untuk Indonesia
Itu janji kami padamu, para pejuang kemerdekaan
Yang gugur di medan perang
Yogyakarta, 19 April 2014
Negeri yang mahsyur permai dikata orang itu?
Ya. Itulah tanahku. Tanah kelahiranku
Indonesia
Biarpun banyak perpecahan dalam tubuhnya
Biarpun banyak problematika menerjang,
bak badai ganas di lautan luas
Biarpun tuan dan puan banyak merampas hak kami,
para kaum bawahan
Biarpun para pejabat berebut kekuasaan
dan menjerumuskan diri mereka dalam sebuah dunia kelam
bernama korupsi
Biarpun poros roda politik uang selalu berlangsung
Kami tetap disini, berdiri di tanah yang telah melahirkan kami,
para anak manusia yang punya nama
Bukan hanya sekumpulan tulang belulang tak bermakna
Kamilah para penerus bangsa
Yang punya semangat juang tinggi untuk mempersatukan Indonesia
Biarpun di luar sana banyak yang mencaci maki kami,
para kaula muda Indonesia
Tapi kami tetap teguh membangun bumi pertiwi
Engkaulah bumi pertiwiku, Indonesiaku
Yang kaya akan keindahan duniawi
Hey kalian para manusia di negeri sebrang
Jangan anggap kami lemah
Jangan pikir kami tak punya apa-apa
Kami ini bangsa yang besar!
Sumber daya kami takkan habis
Air bagaikan lautan yang tak pernah kering
Udara bagaikan hembusan angin yang selalu menyapa
Hutan bagaikan rimbunnya ribuan rumah di Jakarta
Tapi, bila kalian, para manusia di negeri sebrang
Melihat bumi ini porak poranda
Jangan salahkan kami!
Kami tak tau menau soal itu
Kami berbeda dengan para perampok negeri sendiri itu
Betapa kejamnya mereka, merampas apa yang kami punya!
Gugusan pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke
Mencerminkan satu persatuan
Gugusan awan di langit luas
Tercermin senyum untuk Indonesia mendatang
Kami, para generasi penerus bangsa
Akan berjuang dan bersatu untuk Indonesia
Itu janji kami padamu, para pejuang kemerdekaan
Yang gugur di medan perang
Yogyakarta, 19 April 2014
Langganan:
Postingan (Atom)